noviandrianus

behind andris' mind

Kaderisasi adalah sebuah proses terjadinya sebuah pergantian generasi dalam sebuah cakupan bidang kegiatan. Istilah mudahnya adalah ‘kaum muda’ menggantikan ‘kaum tua’. Di sini konotasi ‘kaum muda’ dan ‘kaum tua’ tidaklah muncul melalui perbedaan usia saja, namun juga dapat berupa semangat, sikap, serta pemikiran dari pihak yang terkait.
Di masa yang semakin maju ini proses kaderisasi selalu diharapkan terjadi. Kader-kader baru selalu diharapkan mampu menghasilkan potensi-potensi baru untuk kemajuan bersama. Orang muda selalu dinilai sebagai sosok yang dinamis dan up to date. Kader yang dimaksud adalah orang muda yang yang berpikiran dewasa dan orang dewasa yang berjiwa muda.

Di tengah krisis multidimensi terjadi di dunia ini, kemunculan tunas baru adalah sebuah penyegaran. Saat ini yang dibutuhkan dunia adalah sosok pemimpin muda. Sosok manusia yang dapat me-refresh kondisi carut marut yang setidaknya mampu mengemban kepercayaan umat manusia lain. Tidaklah perlu dalam skala besar, cukup dalam kehidupan masyarakat.

Namun, penyerahan tongkat estafet tersebut bukanlah hal yang mudah. Sekali penyerahan tongkat tersebut gagal, diskualifikasi sudah mengintai. Karena itu pemilihan kader haruslah dipilah secara mendalam, serta menekankan pada aspek kualitas. Jelas partisipasi akti dari veteran juga diperlukan untuk membantu berjalannya kaderisasi.



Indonesia juga membutuhkan figur pemimpin muda. Hal tersebut telah dimulai dari para pemuda yang dengan lantang meneriakkan kemerdekaan pada masa kolonialisme dulu. Saat ini, yang diperlukan kader masa depan bangsa adalah keberanian dan mentalitas akan cinta Indonesia. Kemampuan, pendidikan, serta keuletan rasanya masih dapat menandingi para pendahulu.

Batu sandungan itu muncul melalui bentuk tradisi. Kaum muda kekurangan kesempatan utnuk berekspresi menunjukkan kemampuan. Tidak aneh, mengingat sejarah bangsa yang memilih presiden pertama Indonesia dari golongan tua, seorang yang bernama Ir. Soekarno. Alangkah ketidakbetulan ketika sepanjang sejarah Indonesia selalu memiliki pemimpin bangsa dari kalangan ‘cukup umur’.

Keberadaan kaum tua bukanlah sesuatu yang tabu. Tapi, rasanya tidak salah apabila nusantara ini mencoba sesuatu yang baru. Para pemimpin muda. Dengan adanya kesempatan, saya percaya kader-kader muda ini mampu menaikkan kualitas kehidupan bangsa. Ketika kesempatan itu diberikan, hanyalah bodoh bagi kader yang tidak memanfaatkannya.

Cinta. Sebuah dorongan untuk melakukan interaksi tertutup dengan suatu pihak dalam aspek yang seluas mungkin. Ada berbagai jenis cinta yang ada di kehidupan kita ini. Salah satunya, sekaligus yang terpenting, adalah cinta sejati, yang merupakan sebuah dorongan untuk melakukan interaksi yang telah dipertimbangkan secara rasional disertai tekad untuk mempertahankannya.



Akan tetapi, walau kita seringkali mudah untuk mendefinisikan cinta sejati, proses pencarian cinta sejati dan maknanya dalam kehidupan setiap insan manusia, tidaklah semudah penjabarannya dalam bentuk kata-kata. Bisa dibilang cinta jenis ini adalah cinta yang berada pada level paling atas dari seluruh macam cinta yang berarti cukup sulit untuk mencari cinta sejati yang menghasilkan respon yang positif (atau bisa pula negatif) yang nantinya menambah daya stabilitas insan manusia untuk dapat tetap menjalankan prosesi pengolahan dorongan tersebut.

The Alchemist karya Paulo Coelho juga bertutur tentang cinta sejati yang lebih menekankan pada proses pencarian dan arti keseluruhan dari cinta sejati itu sendiri. Walaupun kadar isi dari sisi pencarian cinta sejati dalam novel ini tidak lebih dari sepertiga buku, banyak aksen kental yang ada dalam keseluruhan kisah, yang bersentral di padang pasir daerah Mesir ini, yang bersinggungan dengan permasalahan cinta sejati. Ditambah lagi, dengan karakteristik sang pengarang yang mengungkapkan kisah ini secara puitis dengan penggunaan dialog-dialog yang cukup beraroma sastra.

Menurut Friedrich Nietzsche, seorang ahli filsafat Jerman, puisi bertugas untuk menerjemahkan mimpi-mimpi ke dalam kenyataan; dan menafsirkan kenyataan dunia ke dalam impian. Ini kita ketemui dalam halaman-halaman penemuan cinta seorang gembala muda pada diri seorang gadis gurun yang keduanya dipertemukan secara imajinatif. Keduanya belum mengenal tapi merasakan adanya keterikatan batin dalam diri masing-masing. Entah bagaimana keduanya merasa inilah cinta sejati mereka.

Aristoteles pernah mengatakan, bahwa manusia pada dasarnya menyukai suatu hal yang bersifat imaji atau perumpamaan. Selain mudah, imaji hanya tercipta di dalam hati dan pikiran. Tidak akan ada manusia lain yang mampu membacanya. Namun ada kalanya imaji ini bisa dipresentasikan lewat ungkapan kata. Dengan begitu tidak lagi sebagai sesuatu yang tidak nyata. Keduanya saling berelasi, dan tidak bisa dipisahkan sebagai aspek komunikasi antar manusia. Tanpa perkataan manusia tak akan bisa membagi imaji yang tercipta di dalam pikirannya kepada manusia lain. Sebaliknya, kata-kata tanpa imaji adalah tidak berarti.

Seperti disebut tadi, dalam The Alchemist banyak kalimat puitis untuk memperindah tiap dialognya. Dialog yang ada tidak luput diisi dengan gaya bahasa yang romantis, terutama saat event antara Santiago, si anak gembala dengan Fatima, pujaan hatinya. Ekspresi yang ada termanifestasikan secara sempurna hanya lewat kata yang dimuati dengan nilai-nilai nasihat yang perlu dicermati kaum muda.

Kembali ke persoalan cinta sejati. Jika dalam The Alchemist sang tokoh utama mendapatkan cinta sejati dimulai dengan imajinya yang diberikan dalam bentuk pertanda yang dimainkan nasib. Apakah cinta sejati setiap manusia akan ditentukan oleh nasib? Orang bijak dalam kisah berkata bahwa dusta terbesar adalah pada satu titik dalam hidup kita, dimana kita kehilangan kendali terhadap apa yang terjadi pada kita, dan hidup kita jadi dikendalikan oleh nasib. Cinta sejati bukanlah permainan nasib yang sudah ditentukan, sebab yang membuat hidup menarik adalah kemungkinan untuk mewujudkan impian menjadi kenyataan. Karena itulah seluruh jagat raya akan bersatu padu membantu orang yang sungguh–sungguh untuk meraihnya.



Cinta bukanlah sesuatu untuk diberikan atau diambil, namun sesuatu yang bebas ditawarkan oleh dua orang dan diterima, sebuah kekuatan dan kemauan untuk bertarung bagi apa yang dipercayai. Cinta adalah benar-benar murni kebahagiaan yang diperlihatkan lewat perbuatan. ”Work is love made visible”. Begitulah kata Kahlil Gibran. Tanpa cinta seperti itu mimpi-mimpi kita tak lagi berarti. Karena cinta telah tertulis, Maktub.

quote

our greatest enemy is our own ego

clock

Followers


msn contact

sunairdnaivon@yahoo.co.id
<
ShoutMix chat widget
> | [tutup]

chat


ShoutMix chat widget