noviandrianus

behind andris' mind

just want to share and need critics..












avant utilisation












a été utilisée



Untuk teman-temanku yang menggemari makanan...

Mau nge-share hal lain nih, yaitu kuliner. Sudah merupakan kecenderungan manusia kan untuk hidup karena dan untuk makanan. Untuk menciptakan energi manusia perlu makanan, dan manusia bekerja agar mendapat penghasilan yang digunakan untuk membeli makanan.

Selama di Singapura gw juga mencicipi beberapa menu ya. Tapi jujur sampe sekarang gw blm tau apa seh makanan khas Singapura, soalnya kayaknya makanan yang gw makan di tempat lain juga ada deh.

Selama di sana makanan sehari-hari gw adalah mie, mulai dari misoa, ramen,sampe pop mie-nya dah gw makan. Sebenarnya ini lebih karena gw penasaran seh, liat bentuknya yang rada aneh, pasti gw coba. Salah satunya mie ini, namanya lor-mie..



Karena sempat beberapa kali gw pulang kemaleman (karena kebanyakan backpacking keliling sendiri jadi lupa makan), maka sempat beberapa kali makan McD doank. Saran nih: daripada beli big mac yang harganya 7.5$SG, mending beli paket baru texas chicken beli 2 seharga 5$SG kalo ga salah, ya lebih hemat dan mengenyangkan dibanding bigmac lah. Dan jauh lebih worthed dibanding Pop mie.

Tapi ada juga hari dimana gw emang berencana untuk makan pol-polan. Selain itu dibarengi dengan perjalanan jalan kaki cukup jauh. Pagi-pagi gw dari People’s Park Center (apartemen tempat gw nginep) dah makan sup ayam merah. Menu ini emang gw pilih asal-asalan, ternyata rasanya pun asal-asalan juga.

Dari sana gw muter + motret kawasan Chinatown, sembari mengarah ke kawasan Bugis yang jaraknya jauh banget. Baru di Bugis ini gw makan mie seharga 3$SG, di warung pinggir jalan. Lanjut lagi ke kawasan Little India. Karena di sana banyaknya makanan timur tengah dengan aroma aneh, gw memutuskan untuk ga makan di sini.


Gw balik lagi ke Bugis Junction (semacam Pasar Baru-lah kalo di Jakarta), di sana gw makan es krim seharga 1$SG, dan bubur babi seharga 3.50$SG. Oke rasanya, dan fyi di sana kayak semacam foodcourt dengan pilihan menu banyak banget. Bisa dibilang tempat ini paling oke buat cari makanan selama gw di Singapura. Apalagi, untuk teman-teman pria banyak adult shop di sana, jadi bisa sekalian liat-liat. Mau tau juga sih, tapi karena dah janjian dengan waktu yang bentrok jadi ga sempet ngintip. Lagian kan dosa... becanda dhe.

Ada beberapa menu asal pilih lain yang pernah gw coba, dimsum di People’s Park, Nasi Hainam di Lucky Plaza, Sup campur aduk di Vivo, etc. Gw memilih menu acak seperti ini karena pengen coba-coba aja. Memang sih makanan di sana enak (mungkin karena mengandung babi) tapi seperti yang gw katakan, gw masih blm ngerti apa makanan khas Singapura. Mungkin ini disebabkan kesejarahan Singapura sendiri yang masih singkat sehingga tidak memiliki food culture tersendiri. Tapi yang namanya makanan, just enjoy it...


 Sekarang istirahat dulu ya..














continues..


Beberapa waktu lalu gw berkesempatan untuk sedikit berlibur ke Singapura. Gw yakin banyak kawan-kawan yang lebih sering bolak-balik dan tahu lebih banyak seluk beluk Singapura. Karena itu gw akan men-share dengan perspektif yang sedikit berbeda, maaf kalau kesannya malah mirip jurnal ya. Btw, semua tulisan di bawah sangat bersifat personal aka subyektif..
 
Kedua bandar udara, Soekarno-Hatta dan Changi memberikan kesan yang sangat berbeda. IMHO,  Soekarno-Hatta masih lebih keren. Bukan sok nasionalis, tetapi konsep Soekarno-Hatta sangat menonjolkan kultur Indonesia; atap miring, ukiran ornamental, joglo; that’s Indonesian Architecture. Sedang Changi jelas menonjolkan modern and simple, tapi nampak tipikal dengan bandara di belahan dunia lain.

Mengingat Singapura, tentu tidak dapat dilepaskan dari Orchard Road.. Bisa dibilang inilah CBD (Central Business District)-nya Singapura. Indonesia sering membandingkannya dengan Sudirman-Thamrin, apa bisa? Harus diakui masih kawasan Sudirman-Thamrin belum mampu. Mengapa? Membangun kawasan seperti ini akan membutuhkan waktu dan biaya yang lama. Apalagi pembangunan Orchard Road kini berorientasi pada integrated building, dimana saling sambung menyambung lewat basement-nya.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menjadikan kawasan ini sebagai urban spaces. Cara termudah adalah dengan mengorbankan sebagian lahan untuk kepentingan publik, yakni pedestrian. Yap, sadar tidak sadar kita ‘dipaksa’ untuk berjalan lewat permainan psikologis karena nyamannya pedestrian yang ada. Setiap bangunan pun bersifat open, karena tidak membatasi pejalan kaki dengan pagar.

Keindahan Orchard Road bertambah dengan munculnya bangunan-bangunan yang dapat menjadi landmark. Trend-nya seh saat ini pake permainan lampu warna-warni ya, contohnya ION Orchard, Orchard Central, Suntec, etc..
 
Tapi di atas semuanya itu, yang gw salut dari Singapura adalah infrastrukturnya yang sudah mapan, terutama dalam bidang transportasi. Kalau gw perhatikan sebagian besar warga sudah naik kendaraan umum, esp MRT. Yap, infrastruktur seperti inilah yang minim di Indonesia, sehingga muncul kemacetan dan gas polutan luar biasa dari kendaraan pribadi. Mungkin dalam skala Indonesia terlalu besar jika dibandingkan di Singapura, tetapi di Jakarta sekalipun busway masih belum mampu menjawab tuntutan..

Intro (skip if you aren’t interested w/ architecture) : Kota Bilbao, Spanyol pada mulanya adalah kota antah berantah, tidak dikenal oleh dunia. Namun, pada tahun 1997 sebuah bangunan karya Frank Owen Gehry mengubah citra kota ini di mata dunia, berkat bangunan ini jutaan turis telah datang ke Bilbao dan menambah banyak devisa bagi kota ini. Kini seluruh negara di kota di dunia menghendaki fenomena serupa untuk meningkatkan citra kotanya. Nama bangunan itu Guggenheim Bilbao. Dan fenomena yang tersebut disebut efek Bilbao. Tidak percaya? Coba search aja di Google.

 
Singapura tidak dapat dipungkiri juga berharap untuk dapat melakukan ‘efek Bilbao’. Cara termudah adalah membuat bangunan monumental; dan hal itu diemban oleh Esplanade. Esplanade, seperti namanya memang terletak di pinggir sungai, adalah berupa gedung konser modern yang seringkali dianalogikan sebagai gedung durian. Esplanade terletak di kawasan Marina Bay dan dibangun untuk menjadi ikon Singapura.


Tidak hanya itu, saat ini juga under construction sebuah bangunan Marina Sands di kawasan Marina Bay juga. Marina Sands saat ini beroperasi sebagai kasino. Gw yakin, Marina Sands ini dibuat unik, dengan tiga tower-nya agar menjadi next icon-nya Singapura. Apalagi kalau nanti bakal kelihatan di race F1, bakal ngetop aja nih jadi sarang judi, haha..

Yang terakhir adalah Singapore Flyers, semacam bianglala dengan ukuran raksasa sehingga memungkinkan melihat view Singapura secara keseluruhan. Gw sendiri belum nyoba, karena tiketnya kemahalan, dan nggak worthed banget kayaknya. Ya, meskipun belum dapat menyaingi efek Bilbao dalam skala internasional, paling tidak Singapura telah berhasil secara regional Asia Pasifik.




continues...

Well, sebulan ke belakang sudah terlalu banyak media yang membahas tentang ajang sepak bola dunia. Namun, post ini tidak akan membahasnya secara spesifik, karena akan terasa repetitif dan ikut-ikutan saja bila gw membahasnya. Apalagi gw tidak mau dicap sebagai viral marketing FIFA -_-‘’.

Pertama, Event FIFA baru-baru ini memang menjadi sebuah event yang mendapatkan atensi publik secara luar biasa. Fakta-fakta konyol muncul menjadi intermezzo berdampak luas, seperti; mempengaruhi kinerja anggota dewan rakyat yang menonton babak final di kediaman presiden sehingga ngaret dan ngantuk pas rapat (mm.. nonsense banget); hujatan ekstra keras terhadap salah satu pesulap di negeri ini karena aksi ramal meramalnya yang ga asik lagi; sampai pemujaan animisme modern terhadap hewan-hewan tertentu (monyetlah.. burunglah.. guritalah.. babilah.. whatever). Ya terasa konyol aja sih fakta-fakta itu.

Kedua, entah mengapa  justru di event ini gw kurang mendapat kesan. Terlepas dari beberapa kritik munculnya paham pragmatisme di antara tim-tim, passion menonton udah menipis. Selain disebabkan kesibukan yang akhir-akhir ini membludak, kurangnya moment spesial (baca : gol) membuat gw ga rela untuk mengurangi jatah tidur. Karena itu gw nggak bisa berpendapat banyak untuk event ini, nonton aja jarang kog sok ngritik. Dah kayak komentator aja, maen bola juga belom tentu bisa ,tapi ngata-ngatain mlolo, haha.. Mending main jadi pelatih di game deh..

Ketiga, final NBA dan Euroleague memang sudah berlalu lama, tapi dunia basket justru semakin menarik. Yang ingin gw bicarakan adalah sistem trade di NBA. Wow, this summer transaction is above the expectation. Jujur, gw merasa trade tahun ini bisa membuat NBA kembali ke masa jayanya (Jordan?). Bagaimana perasaan anda apabila Lebron James dan Chris Bosh akan bergabung dengan Dwyane Wade di satu tim, Miami? Dejavu memang serasa kayak yang Boston lakukan 3 tahun lalu.

Transfer lain memang tidak kalah berkelas, namun jelas kalah dengan cerita di atas.  Akibatnya akan terjadi efek domino; beberapa tim akan menjadi sangat dominan (Miami?), namun banyak tim akan menjadi komplementer semata (aka cupu). Positifnya, mungkin tidak akan terjadi kemonotonan karena Lakers akan menemui rintangan maha sulit saat mencoba three-peat. Tapi, gw bukan pendukung nomaden jadi gw tetap mendukung LAL menjadi jawara musim depan ;p









 

Haha.. Post ini mungkin terasa segmented banget buat yang suka olahraga. Tapi ini hanya mewakili kerinduan gw sama olahraga aja. Kapan nih basket-an lagi??

Ketergantungan terhadap suasana hati (baca : mood) dapat menjadi suatu masalah apabila harus melalui sebuah rutinitas yang berupa keharusan. Semakin dewasanya seseorang sudah selayaknya dapat menekan mood sehingga tetap mampu berkarya di suasana seburuk apapun.
Berangkat dari pemikiran di atas, gw sadar ada beberapa hal yang tidak dapat dielakkan karena alasan mood. Gw sendiri belum tahu sampai dimana taraf kedewasaan gw untuk menekan mood. Gw sendiri berpendapat untuk dapat mencapainya diperlukan sebuah kesadaran dan usaha.. Yap, melawan arus mood yang sedang turun memang sulit setengah mati. Tanya saja kaum hawa kalau lagi datang bulan.
Menulis untuk blog sebenarnya bukanlah sebuah keharusan, apalagi untuk menembus mood males. Menurut gw, menulis sendiri adalah sebuah ekspresi yang hendaknya dicurahkan secara spontan, apalagi mengingat gw bukanlah seorang penulis profesional. Sehingga bisa dibilang kontinuitas dalam menulis bukanlah sebuah paksaan. Namun cita-cita untuk menulis reguler hendaknya gw ingat, sebab hal itu sudah gw pahat ketika membuat blog ini.


 
Hidup sebagai anak kost membuat gw sadar, selama ini tanpa ortu gw masih belum becus buat melakukan segala sesuatu. Emang seh selama nge-kost belum ada sesuatu hal yang gawat banget sehingga tidak dapat diselesaikan, namun kenyataannya gw masih dibekali setiap bulannya oleh ortu.

Mengingat masa-masa kuliah hendak selesai dalam hitungan bulan (mudah-mudahan semester delapan akan menjadi yang terakhir), maka semakin banyak pula kekhawatiran gw ke depannya. Apalagi dengan tahu diri gw busa menyatakan diri gw belum mampu lepas dari sumber daya ortu.

Pilihan masa depan memang ada banyak. Lulus lalu kerja di bidang gw, minta kerja sama sodara walaupun dibidang kajian berbeda, kuliah lanjut, atau malah nganggur menggelayut pada ortu. Hendaknya memang mulai di kedepankan sekarang ini. Sebelum terlambat nantinya.

Gw sadar gw bukan superman yang tiba-tiba punya kekuatan pas lahir. Gw (dan kita semua) butuh proses pembelajaran untuk kelanjutan masa depan kita. rencananya apabila bujet meyakinkan gw kepingin melanjutkan studi di jurusan arsitektur.

Lagi-lagi gw harus sadar, gw bukanlah superman yang garis nasibnya ada di tangan para pengarangnya. Gwlah yang dapat mengukirkan kisah diri gw sendiri. Karena itu sedari skrg gw mencoba untuk membekali diri gw untuk ke depannya. Tidak hanya bekal pengetahuan dan mental, gw harus juga membekali diri dengan iman. Mudah-mudahan gw dapat melakukannya mulai dari sekarang...

Better late than never

 
















Kembali ke rumah tercinta di Paseban membuat gw teringat akan jasa salah satu sosok terhebat dalam hidup gw, papa... Nggak terasa gw udah mengenal orang ini selama 21 tahun hidup gw. Jasa-jasanya besar, sangat besar malah... ya paling gampang seh gimana gw bisa tercipta kalo ga ada dia.

Sebenarnya gw cukup anti bicara serius dengan papa, kenapa? Karena pembawaan papa membuat gw selalu merasa segan. Ya emang seh dia cukup memberi kebebasan, tapi kalo udah berhadapan dengan dia, semua anaknya ga ada yang berani yang ngelawan. Mungkin ini yang namanya kharisma seorang bapak kali ya.

Kebetulan kali ini gw harus ngomong serius dengan papa gw, sejalan dengan permintaan gw untuk lanjut studi. Yang gw nyangka justru respon papa gw. Selama ini gw adalah anak terkecil sehingga untuk membicarakan problematika keluarga gw selalu dikesampingkan. Namun kali ini papa udah melihat gw cukup dewasa untuk melihat realitas yang ada, dan dia memberitahukan problem yang ada.

Dari sana gw semakin salut akan sosok ini. Jujur, gw mendapatkan nilai-nilai dan prinsip sebagai manusia darinya. Sepanjang hidup gw masih belum dapat memberikan hadiah yang layak baginya. Papa sendiri berkata hadiah terbaik untuknya adalah apabila anak-anaknya sukses

Semoga gw mampu melakukannya suatu saat nanti...

Success is not final, failure is not fatal, it is the courage to continue that counts.

quote

our greatest enemy is our own ego

clock

Followers


msn contact

sunairdnaivon@yahoo.co.id
<
ShoutMix chat widget
> | [tutup]

chat


ShoutMix chat widget